Fireflies


Menjalani hari-hari dengan rutinitas terkadang membawa diriku pada titik jenuh. Ingin merasakan hal-hal yang berbeda, mencoba sesuatu yang baru dan melampaui batas ketidakmampuanku dalam berbagai hal.

Banyak hal yang ingin aku lakukan selain melakukan rutinitas. Hal-hal sederhana yang dapat membuat bibir ini tersenyum setiap saatnya, seperti, berkumpul dengan keluarga, menonton film bersama saudaraku, dan pergi ke cafe bersama teman-teman dekatku membicarakan sesuatu yang menurut kita lucu dan tertawa sampai kita lupa waktu.

Waktu-waktu yang kulewati pada umurku yang sekarang ini sangat kunikmati dengan kesibukkan menjalani perkuliahan. Tetapi, aku tidak bisa menyangkal perasaan dimana aku rindu saat-saat hatiku terasa senang karena melihat cahaya kecil itu.



Aku masih sangat kecil pada saat itu, seingatku, aku berusia lima tahun? Ya, anggap saja begitu. Seorang anak kecil yang penuh dengan rasa keingintahuan yang besar. Malam itu, malam yang sangat gelap, berbeda dari biasanya. Aku berdiam diri diteras di depan rumah. Satu-satunya penerangan yang bersinar terang datang dari atas langit dengan cahayanya yang berkelap-kelip.

Tetapi, sesuatu yang datang dari lorong depan rumah mengalihkan perhatianku. Setitik cahaya yang bersinar terang terbang kehadapanku, aku melihat takjub dan penasaran benda apa itu. Ia terbang perlahan mendekatiku, sampai pada saatnya dia melewatiku.

Aku menoleh kebelakang. Masih menatapinya dengan rasa penasaran, lalu aku memutuskan untuk mengikutinya perlahan. Sampai hinggaplah benda kecil itu pada semak-semak di samping rumahku. Perlahan aku mendekatinya, mengulurkan tanganku yang berniat untuk menangkapnya. Aku semakin penasaran dan ingin menangkapnya. Sampai akhirnya, benda itu berada dalam genggamanku.

Aku sangat merasa senang pada saat itu. Dengan ekspresi bahagia, aku cepat-cepat membawa benda itu kedalam rumahku dan menunjukkannya pada Ayahku, lalu aku bertanya "Ayah, ini apa?" dengan perasaan bangga Ayahku menjawab "Itu kunang-kunang, serangga yang bisa mengeluarkan cahaya pada malam hari".
Aku terdiam. Serangga ini mengantarkan perasaan yang spesial kepadaku malam itu. Membuatku merasakan sesuatu yang berbeda sampai saat inijika aku kembali mengingatnya.

"Pada malam itu, seorang anak kecil yang berdiam diri dalam kegelapan di depan rumahnyahanya disinari cahaya bintangbaru saja mendapatkan perasaan luar biasa karena seekor serangga yang membawa cahaya datang kepadanya. Membawa setitik cahaya yang membuatnya berani berjalan dalam kegelapan dan menulusuri rasa keingintahuan"

Kuliah dan Perjuangannya

Tidak terasa hari-hari yang saya alami di dunia perkuliahan sudah mengakhiri semester satu. Banyak hal baru dan pelajaran yang bisa didapat selama menjalani kurang lebih enam bulan kuliah.
Dunia perkuliahan jelas-jelas sesuatu yang bebeda buat saya, semua terasa asing.. Sistem, kurikulum, teman, pelajaran, dan tempat. Di butuhkan waktu yang lama untuk benar-benar beradaptasi. Bahkan sampai sekarang pun, saya rasa, saya masih belum sepenuhnya menemukan jati diri saya di sini.

Lain hal dalam konteks yang sama, saya merasa terbebani dengan mata kuliah yang belum bisa saya kuasai. Karena background pendidikan saya sebelumnya yaitu Sekolah Menengah Kejuruan berfokus di bidang Multimedia, dan sekarang saya harus bergelut dengan mata kuliah di jurusan Teknik Industri di Universitas yang saya masuki.

Tentu ini semua bukan hal mudah, bahkan banyak sekali saat dimana saya ingin menyerah karena ketidakmampuan ini. 

"Ini sulit, bagaimana saya bisa mempelajari ini, saya ngga tahu apa-apa tentang ini sebelumnya. Haruskah saya bertahan untuk menjalani kuliah di bidang yang tidak saya kuasai, dan selalu merasa terbebani? atau haruskah saya belajar lebih giat untuk walaupun itu memakan waktu yang lama untuk memahaminya?"

Pikiran itu selalu membayangi saya di tiap harinya. Membebani saya. Menyiksa saya. Membuat saya menderita setiap detiknya. Saya selalu bercerita ke teman, sahabat, dan juga orang tua saya tentang masalah ini, dan dari semua itu saya tersadar bahwa saya mempunyai dua pilihan yang sangat menentukan dalam hidup saya kedepannya.

Saya sadar dan mengetahui, bahwa menyerah merupakan pilihan termudah yang bisa saya ambil. Tetapi.. semua pilihan selalu mempunyai makna dan hikmah di dalamnya, bagaimana masa depan saya? bagaimana dengan pengorbanan orang tua saya selama ini? bagaimana dengan orang-orang yang menaruh banyak harapan besar terhadap saya, mendoakan saya, dan ingin melihat saya berhasil?


"Menyerah memang suatu pilihan dalam hidup dan tidak ada yang salah dengan itu. Tetapi, menyerah juga dapat berarti melepaskan apa yang kita mulai dari awal dan tidak mendapatkan hasil yang kita impikan"

Dari semua pemikiran, perasaan dan pengalaman yang saya dapat, saya memilih untuk melanjutkan apa yang sudah saya mulai, menyelesaikan nya dengan penuh tanggung jawab. Karena saya tahu, semua akan indah pada waktunya. Rencana-Nya selalu menjadi rencana terbaik yang pernah ada.

Hari Itu Aku Mengetahui

Hari itu saya mengetahui. Hari itu adalah hari minggu, dimana biasanya saya mempunyai agenda diluar rumah melakukan aktivitas untuk menghibur diri. Tetapi tidak. Saya memutuskan melakukan aktivitas didalam rumah dengan mengistirahatkan diri.

Hari itu merupakan hari setelah kelulusan saya dari bangku Sekolah Menengah Kejuruan disalah satu sekolah negeri di Kota Serang. Hari itu saya mendapati diri saya sudah beranjak dewasa. Saya tahu, 'kelulusan' berarti saya akan menghadapi dengan dua hal;
Akhir dari masa putih abu-abu dan Awal untuk kehidupan pada masa yang akan datang.

Apa yang saya ketahui pada hari itu?
Saya tahu, bahwa saya akan menghadapi banyak rintangan kehidupan yang lebih berat daripada yang sebelumnya.
Saya tahu, bahwa saya dan teman-teman saya akan menempuh jalan yang berbeda setelah ini.
Dan yang paling saya ketahui ialah waktu terus berjalan dan tak akan bisa terulang.

Hari itu, Saya mengingat kembali pada tiga tahun kebelakang apa saja yang pernah saya lakukan. Saya mempunyai penyesalan. Penyesalan terbesar yang tidak akan pernah bisa saya perbaiki. Saya menyesal saya tidak belajar dengan rajin selama 3 tahun kebelakang. Saya menyesal tidak mengenal akrab seluruh teman kelas saya dengan baik. Saya menyesal telah menyia-nyiakan waktu untuk melakukan sesuatu yang kurang berguna. Saya menyesal telah banyak mengeluh dan tidak mensyukuri apa yang saya punya.

Saya menyadari diri saya tenggelam akan penyesalan yang saya perbuat. Untuk menghibur diri, saya mengingat kembali pada tiga tahun kebelakang apa saja yang pernah saya lakukan. Saya bangga. Saya bangga akan kontribusi saya terhadap organisasi yang saya ikuti di sekolah. Saya bangga mempunya tiga teman dekat di kelas saya. Saya bangga saya dan teman masa kecil saya dapat sering berkumpul karena kita pergi ke sekolah yang sama dan melakukan hal konyol bersama. Saya bangga saya dapat mengubah pandangan orang lain terhadap saya karena suatu prestasi yang saya capai.

Hari itu saya mengetahui... bahwa saya akan menjadi seseorang.